Selasa, 20 Desember 2011

Kim Jong Il, Pemimpin yang Dikondisikan

Seseorang layak disebut menjadi pemimpin tampak dari buahnya. Perbaikan apa yang dihasilkan dan dirasakan orang lain. Bukan ditentukan oleh jabatan dan posisinya. Tidak heran di sekitar kita sebetulnya tidak tepat disebut pemimpin, lebih tepatnya penguasa, ketika mereka menjabat atau berkuasa, sesungguhnya demi dirinya sendiri, dan tidak membawa apa-apa bagi orang lain.
Kematian Kim Jong Il dikenang bukan prestasi yang dihasilkannya, tapi tindak tanduknya yang aneh dan harian kompas menyebutnya sebagai pemimpin kurang substansi. Hal ini dikarenakan tindak tanduknya sedikit sekali yang sungguh-sungguh bernilai, mendasar dan membumi, tapi lebih banyak intrik dan pesta pora.
Pencinta kenyamanan, kekuasaan dan keegoisan sangat meracuni seseorang yang sedang memiliki suatu posisi. Sehingga pemimpin lupa jati dirinya, dan melakukan berbagai cara agar kondisi tetap menjadikan dia seorang "pemimpin".


Tidak ada komentar:

Posting Komentar