Jumat, 18 April 2008

4. Melakukan pengamatan dan pembelajaran sekitar Anda

Setelah anda mendapat ide bisnis. Mulailah melakukan pengamatan. Anda perlu sering-sering datang ke tempat bisnis (sesuai dengan ide bisnis anda) yang sudah terlebih dahulu ada.
Pertama, pelajari cara kerja yang sudah ada itu. Lokasi, spesifikasi produk/jasa, cara pembayaran, mata rantai produk/jasa, dll
Kedua, list kekuatan dan kelemahannya.
Ketiga, beri solusi idemu atas kelemahannya.
Kini pesanan dari Italia tersebut menjadi tulang punggung bisnis Vilour. “Kontribusinya mencapai 60%,” ujar Ferry pemilik perusahaan tersebut. Maklum, jualan ke mancanegara dilakukan dalam dolar. Adapun penjualan kaus bola Volour di dalam negeri hanya 30% bisnis Fery.
Ferry tetap mempertahankan 600 karyawan yang mengerjakan order Vilour. Ferry biasa menerima orderan dalam jumlah ribuan sekaligus.
Ferry merintis bisnis sejak masih kuliah di Universitas Parahyangan, sebelum tahun 1980. Waktu itu Ferry kos di Jalan Bungsu dan memiliki tetangga bernama Cik Siok Jin yang punya pabrik kaus. Ferry kerap main ke situ, sehingga sedikit demi sedikit tahu seluk beluk bisnis konveksi.

Suatu ketika, teman-teman Ferry di kampus memesan kaus untuk calon mahasiswa sebanyak 400 potong. “Harganya masih Rp. 600, saya jual Rp. 900,” kenangnya. Ferry berhasil mengantongi laba Rp. 120.000. Jumlah yang sangat besar, karena uang kosnya sebulan kala itu hanya Rp. 6.000. Karena labanya besar, Ferry keterusan menjadi calo kaus.



Rabu, 09 April 2008

3. Pekalah untuk melihat peluang

Cara melihat peluang :
1.Belum ada menjadi ada
Harapan Anto berbuah hasil. Tak perlu menunggu lama, pesanan pertamanya diperolehnya dari Jepang. Pesanan yang nantinya akan dikirim ke Brazil ini ternyata berbentuk pakaian dalam wanita yang khusus digunakan pada musim panas.
Bingung ! Itulah kata yang tepat dalam mengambarkan keadaan Anto saat itu. Ia sama sekali tak tahu cara membuat pakaian dalam wanita dari kulit ular. Pasalnya dia hanya belajar membuat tas, sepatu, dan dompet. Meski begitu, Anto tetap berusaha. Segala macam jenis kulit ular dicoba.

Menurut Anto, saban bulan ia meraup omzet sekitar Rp. 250 juta. Anto mengaku bahwa bisnis kulit ular ini benar-benar baru baginya. “Saya juga baru tahu kulit ular bisa dijadikan pakaian dalam,” ujar pemilik perusahaan bernama Scano Exotic ini.
Merunut ke belakang, ternyata Anto terjun ke bisnis kerajian kulit ini tanpa sengaja. Mulanya, ia berkerj sebagai konsultan hokum bagi investor asing yang hendak menanamkan modalnya di Indonesia. Ketika salah satu klien meminta Anto mencarikan pemasok kerajinan kulit ular.

2.Sulit menjadi mudah
Stefanus Susanto, pemilik Guten Braun, telah memajang dagangannya sekitar 2.000 item. Pendapatannya dari toko ritel sebesar 30-50 juta per bulan. Kini Stefanus punya pelanggan dari beberapa gerai terkenal. Sebutlah Bread Story, Hotel Ibis, Hotel Mulia, dan beberapa hotel di Bali memesan secara rutin.
Awalnya, Stefanus tak berpikir untuk berbisnis. Cuma, anak bontot dari lima bersaudara ini iri melihat kakak-kakaknya telah sukses membuka bisnis sendiri. Kepincut oleh pengalaman sang kakak, Stefanus memutuskan meninggalkan kerjaan yang terbilang mapan di bank.
Ia lantas memilih usaha dagang perlengkapan pembuatan kue (pastry). “Saat itu di Indonesia alat-alat pastry masih terbilang langka,” ujarnya. Kalaupun ada, peralatannya ini hanya bisa didapat di Pasar Senen, Jakarta Pusat.

3.Mahal menjadi murah
Gerai Fredi, Natasha Skin Care, memang tak pernah sepi dari kunjungan mereka yang tak ingin kehilangan kecantikan. Di Yogya saja dua gerai yang ada bisa merangkul sekitar 700 pengunjung saban hari. Di Surabaya tak kurang dari 400 pengunjung menyambangi Natasha Skin Care setiap hari. Pengunjung di Samarinda, Pontianak, Solo dan Medan pun lumayan. Gerai-gerai di setiap kota itu sudah mampu meraup sekitar 200 pengunjung setiap hari.
Bagi Fredi, perawatan wajah adalah perkawinan bisnis dan medis. “60% medis, sisanya marketing !” tandasnya. Seiring perjalanan waktu, bersama Tantri, Fredi mengembangkan Natasha Skin Care di beberapa kota di Indonesia. Pasar yang dibidik cukup lebar , karena Fredi memasang harga yang terjangkau untuk semua kelas. Dari harga Rp. 30.000-Rp. 40.000 per produk, hingga Rp. 100.000 per paket, tersedia untuk kelas mahasiswa.

4.Jelek menjadi bagus
Kalau dihitung-hitung, sekarang ia mempunyai 3.000 klien. Untuk melayani pengiriman dokumen dari ribuan klien itu, Budiyanto mengerahkan 2.000 sepeda motor, puluhan mobil, dan lebih dari 2.700 karyawan di seluruh Indonesia.

Biarpun berangkat dari usaha city courier, bisnis Budiyanto sudah berkembang ke mana-mana. Budiyanto sudah punya cabang di semua ibukota provinsi di Indonesia.
Nama Nusantara Card Semesta, alias NCS, boleh jadi terdengar aneh di telinga Anda. NCS adalah salah satu di antara sederetan perusahaan kurir yang belakangan ini tumbuh bak jamur di musim hujan. Biar begitu, hanya segelintir perusahaan yang dipercaya mengantarkan kartu kredit atau dokumen perbankan lain yang dianggap penting dan rahasia. “Kalau untuk pengiriman kartu kredit, perusahaan city courier harus punya lemari besi sendiri,” ujarnya.
Selain itu, control terhadap kurir pun sangat ketat. Maka, “Tidak semua perusahaan bisa melayani perbankan,” sambung lelaki usia 40 tahun ini.
Nah, celah itulah yang lantas dibidik oleh Budiyanto. Saat ini, kata Budiyanto, hampir semua divisi kartu kredit bank di Indonesia menggunakan jasa NCS untuk pengiriman dokumen.

5.Tidak life style menjadi life style
Menurut Roy Sembel, J.CO mampu mengubah wajah bisnis donat yang selama ini ada di Indonesia. Tampil dengan konsep open kitchen (dapur terbuka), yang memungkinkan konsumen menyaksikan langsung pembuatan donat, memberi pengalaman lain kepada konsumen. Hal senada diucapkan Yuswohady. Ia melihat J.CO sanggup mendobrak pakem sebagai merek lokal yang mampu bersaing dengan merek global. “Selama ini kan yang menggebrak biasanya global brand,” kata Yuswohady.
Daniel Surya, chief representative Landor Indonesia, perusahaan jasa branding, pun sepakat bahwa J.CO Donuts memang pantas disebut sebagai salah satu produk paling berpengaruh tahun ini. “Yang istimewa adalah penciptaan mereknya sebagai merek lokal yang bersaing dengan merek global,” kata Daniel yang juga direktur Young and Rubicam Brands ini. Selain itu, tambahnya, J.CO berhasil mengubah pandangan orang terhadap donat, yaitu menjadi makanan selingan yang layak dibeli, meski mereka harus antre untuk mendapatkannya.

Keinginan untuk memasuki bisnis donat, menurut Johnny Andrean, presdir PT J.CO Donuts & Coffee, sebenarnya sudah ada sejak lima tahun lalu, jauh sebelum ia membeli BreadTalk, waralaba toko roti asal Singapura. Kala itu, ia ingin masuk ke bisnis donat tanpa harus menjadi bayang-bayang pemain dan merek yang sudah ada.
Intinya, suami Tina Andrean, seorang perancang gaun pengantin, ini ingin membuat dan menciptakan pasar sendiri lewat inovasi yang diberikan pada donatnya. Mulai dari donatnya yang dibuat lebih lembut dan punya banyak pilihan rasa, hingga penyajiannya yang dibuat fresh (langsung) dari oven dalam keadaan hangat.
“Saat J.CO hadir, belum ada satu pun donat yang fresh from the oven,” kata pria yang juga pemilik jaringan Salon Kecantikan Johnny Andrean ini.


2. Di awali dari apa yang Anda punya, bukan apa yang Anda tidak miliki

Ide bisnis, muncul dari :
1.Keunggulan pribadi, Pengalaman dan Keahlian/Skills
Berkat lancarnya rezeki yang mengalir dari mesin gensetnya, Dudy mampu membeli ruko baru berlantai empat di bilangan Matraman Raya. Selain itu, ada workshop seluas 1.100 m2 di Jati Sampurna Bekasi yang juga telah menjadi miliknya. Karyawan Dudy kini sebanyak 60 orang. Ketika awal-awal memulai bisnis penyewaan genset, karyawan Dudy Cuma tiga orang.

Kata pepatah, pengalaman adalah guru yang terbaik. Pepatah itu tampak diterapkan oleh Dudy Supriadi. Sekarang Dudy memang menikmati tetes rezeki dari mesin gensetnya. Ia memiliki 65 unit genset yang besarnya mulai dari 100 kilowatt hingga 1000 kilowatt. Omzet bisnis Dudy menggapai angka Rp. 800 juta sebulan.
Ia memulainya pada tahun 1980. Selepas lulus STM, kala itu, Dudy bekerja sebagai pelayan mekanik (helper) di perusahaan kakak iparnya, yang bernama PT. Garuda Power. Setelah bekerja, ternyata Dudy jadi ingin meneruskan kuliahnya. Dia menjatuhkan pilihan ke jurusan Teknik Mesin Universitas Pancasila. Lulus sarjana, Dudy kembali ke Garuda, tapi kali ini ia bekerja sebagai salesman. Pada tahun itu juga, Detroit Diesel mengalihkan hak distribusinya ke perusahaan lain. Walhasil, Garuda jadi bangkrut.
Karena itulah, Dudy tergerak untuk mendirikan usaha penjualan genset sendiri. Setelah bisa membikin usaha sendiri, Dudy bersyukur pernah jadi sales. “Karena, kalau saya tidak ditempatkan di sales, saya tidak bisa bisnis. Kalau orang usaha kan nomor satu kita harus bisa dagang,” ucap Dudy.



2.Hobi
Naluri bisnis Hartati ternyata tidak salah. Dua produk keluarannya digemari di pasar Amerika. Omzet US$ 2 juta dalam setahun berhasil diraup. Nah, tahun ini usaha Hartati mulai merangkak naik. Ia mendapat pesanan dari pemegang lisensi boneka internasional yang hengkang dari China.
Banyak pengusaha yang bisnisnya bermula dari hobi. Salah satunya Hartanti Hartono Widjaja. Hobinya adalah mengoleksi boneka. Ibu tiga anak kelahiran 1967 ini telah menyukai boneka sejak kecil. Sampai-sampai kamar tidurnya dipenuhi aneka macam boneka. “Saya lupa berapa banyak jumlahnya, yang pasti kamar tidur saya penuh dengan boneka,” kata Hartati sambil tertawa.
Nah, setelah dewasa. Hartati membuat boneka. Produk boneka dari Hartati tidak menyandang merek sendiri. Ia memang menjualnya pada lisensi merek internasional, seperti Walt Disney dan Walmart. Namun, dalam perkembangannya, Hartati membikin boneka untuk pasar local. Boneka bermerk Puspita Plush itu hanya dipasarkan pada perusahaan seperti bank dan hotel.
Royal Puspita, pabrik milik Hartati, membikin koleksi boneka yang cukup komplet.

3.Kebutuhan lokal
Menginjak tahun ketiga, Baba Rafi, kebab yang dimiliki oleh Hendy Setiono, telah memiliki 73 cabang di 13 kota dengan lebih 100 karyawan. Dihitung-hitung omzetnya, kata Hendy, mencapai miliaran rupiah per bulan. “Tahun ini, saya menargetkan bisa membuka 100 cabang di seluruh Indonesia,” ujarnya.
Usaha ini bermula dari perjalanan Hendy ke Timur Tengah. Hendy melihat kebab merupakan makanan umum yang gampang ditemui. Ibaratnya seperti makanan soto atau bakso di sini. Bahkan di beberapa negara di Eropa, juga negara tetangga Malaysia, kebab sudah populer sejak puluhan tahun silam. Dengan pasar ini, Hendy yakin, kebab bakal populer jika dibawa ke Indonesia.

Selasa, 01 April 2008

1. Kemauan untuk Sukses

Anda pasti akan mengalami tantangan saat memulai usaha. Tantangan itu antara lain :
  • Diremehkan (termasuk orang terdekat).
Walaupun sudah sukses , Tonton Taufik, pebisnis sukses ekspor rotan, tetap tidak berhenti bermimpi. Obsesi Tonton yang terpendam adalah menaikkan jumlah kontainer untuk ekspor. “Harapan saya, di tahun 2008, target ekspor bisa mencapai 30 kontainer per bulan,” katanya.

Kesuksesannya bukanlah tanpa perjuangan. Inilah awal dari perjuangan usaha tonton. Pada bulan Oktober 1999, ia mendirikan Rattan-land Furniture. Modal yang dia keluarkannya untuk memulai usaha ini adalah satu buah komputer lengkap dengan fasilitas internet. “Modal awal saya kira-kira Rp. 5 juta,” kata Tonton.

Tonton memanfaatkan modalnya untuk membuat website sendiri. Selama tiga bulan ia berkutat dengan computer dan tidak keluar rumah atau bergaul dengan teman seusianya. Alhasil, ibunda Tonton, Erna Ma’some, kerap menegur dan memarahinya. Sang ayahanda , Ruchimat Samsudi , juga meragukan keberhasilan bisnis anaknya. “Mereka sering bilang: masa cari uang lewat komputer, sih ?” ujar Tonton, sembari menirukan perkataan kedua orangtuanya. Namun, keraguan orangtuanya itu terpatahkan. Pesanan dari luar negeri akhirnya mampir ke website Tonton.
  • Kesulitan mau memulai (modal kerja, cara-caranya/know-how)
Puspo Wardoyo owner Ayam Bakar Wong Solo, yang memiliki cabang tersebar di medan, Banda Aceh, Padang, Solo, Denpasar, Surabaya, Semarang, Jakarta, Malang dan Yogyakarta. Merantau jauh ke Medan, berakhir tidak sia-sia. Setelah dua tahun menjadi guru, ia berhasil mengumpulkan tabungan senilai Rp 2.400. 000. Dengan uang inilah keinginannya menaklukkan kota Medan tak terbendung lagi.

Uang tabungan itu sebagian ia gunakan untuk menyewa rumah dan membeli sebuah motor Vespa butut. Masih ada sisa Rp 700. 000 yang kemudian ia manfaatkan sebagai modal membangun warung kaki lima di bilangan Polonia Medan. Disini ia menyewa lahan 4×4 meter persegi seharga Rp 1.000 per hari.

Siapa sangka jika dari sebuah warung kecil ini kemudian melahirkan sebuah usaha jaringan rumah makan yang cukup kondang di seantero Medan. Impian untuk menaklukkan “jarak” Solo-Medan lebih dekat dibanding Solo-Semarang pun menjadi kenyataan. Bukan itu saja, penilaian atas prestasi bisnis yang dirintis Puspo lebih jauh melewati impian yang ia tinggalkan sebelumnnya.

Dari ibu kota Sumatera Utara ini nanti Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo (Wong Solo) melejit ke pentas bisnis nasional. Belakangan ini nama Wong Solo semakin berkibar-kibar setelah berhasil menaklukkan Jakarta setelah sebelumnya “mengapung” dari daerah pinggiran. Dalam waktu relatif singkat kehadiran Wong Solo telah merengsek dan menanamkan tonggak-tonggak bisnisnya di pusat kota metropolis ini. Ekspansinya pun semakin tak tertahankan dengan memasuki berbagai kota besar di Indonesia.

Fenomena Wong Solo mengundang decak kekaguman berbagai kalangan dari pejabat pemerintah, para pelaku bisnis hingga para pengamat. Hampir semua outletnya di Jakarta selalu sesak Pengunjung, terutama di akhir pekan dan hari libur. Bahkan ketika bulan Ramadhan, semua outlet tersebut membatasi jumlah pengunjung saat berbuka puasa. Skala usaha Wong Solo itu memang belum sekelas para konglomerat masa lalu yang dengan enteng menyebut angka aset, omset atau keuntungan per tahun yang triliunan rupiah.

“usaha saya memang belum kelas triliunan seperti para konglomerat yang kaya utang itu,” paparnya. Kendati masih tergolong usaha menengah, namun kinerja wong Solo sangat solid dan tak punya beban utang. Ia memiliki pondasi kuat untuk terus berkembang. Untuk mewujudkan mimpi-mimpinya, ayah sembilan anak dari empat istri ini telah melewati rute perjalanan yang berlika-liku lengkap dengan segala tantangannya.
  • Membuat laris produk/jasa (karena ada siklus bisnis; pengenalan, pertumbuhan, puncak pertumbuhan, belum lagi persaingan dan hantaman ekonomi faktor; daya beli, dll)
Kisah sukses Ayam Bakar Wong Solo juga tidak bebas dari cerita sedih. Ada masa ketika di waktu-waktu awal merintis usaha di Medan ia nyaris patah semangat gara-gara selama berhari-hari tak pernah meraih untung. Hanya berjualan dua atau tiga ekor ayam bakar plus nasi, terkadang dalam satu hari tak seekor pun yang laku. Pernah pula seluruh dagangannya yang telah dimasak di rumah tumpah di tengah jalan karena jalanan licin sehabis hujan.

“Apa boleh buat, saya terpaksa pulang dan memasak lagi” katanya. Istrinya yang tak sabar melihat lambannya usaha Puspo bahkan sempat memberi tahu ayahnya agar memberitahu ayahnya agar mempengaruhi Puspo supaya tak berjualan ayam bakar lagi. “Mertua saya bilang, kapan kamu akan tobat,” katanya menirukan ucapan sang mertua. Tantangan terbesar mungkin saat ia menghadapi kenyataan satu cabang Wong Solo miliknya yang baru dibangun langsung dibongkar oleh Pemda medan. Pasalnya cabang ini dibangun tanpa Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan dinilai mengganggu kenyamanan warga.

Pada awal perantauannya ke Medan, Puspo wardoyo, sama sekali tak menyangka jika usaha warung ayam bakar "Wong Solo" akan berkembang seperi sekarang. Maklum, rumah makan yang dibukanya hanyalah sebuah warung berukuran sekitar 3×4 meter di dekat bandara Polonia, Medan. Setahun pertama dia hanya mampu menjual 3 ekor ayam per hari yang dibagi-bagi menjadi beberapa potong. Harga jual per potongnya Rp 4.500 plus sepiring nasi. Di tahun kedua, naik menjadi 10 ekor ayam per hari. Namun sekarang, 13 tahun kemudian, di memiliki lebih dari 16 cabang.

Itu semua bisa teratasi, apabila anda punya tekad untuk sukses.

Caranya : Bersikaplah positif.

Sikap positif = Baik + Mencoba , berarti tetap mengambil sisi baik dari kejadian buruk, serta tidak pernah mau berhenti untuk selalu mencoba lagi.