Kamis, 27 November 2008

KEPEMIMPINAN YANG MENTRANSFORMASI

Siapakah pemimpin?
Kepemimpinan adalah topik yang menarik dan tidak habis untuk dibicarakan. Ada jutaan artikel yang dengan mudah kita temukan di internet yang membicarakan tentang kepemimpinan. Pemimpin yang kasat mata di kehidupan kita sehari-hari, andaikan kita di sebuah organisasi bisnis, pemimpinnya adalah direktur kita , manajer kita, kepala bagian kita. Jika di sekolah, pemimpin adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan mungkin ada koordinator-koordinator bidang tertentu. Merekalah yang disebut pemimpin. Bukti mereka dianggap pemimpin adalah bonus tunjungan jabatan yang mereka terima setiap bulannya. Bagaimana dengan di rumah, adakah juga pemimpin ? Pandangan pada umumnya menempatkan pria/suami/ayah sebagai pemimpin keluarga.

Bagaimana kita bisa menetapkan dengan benar, dia adalah pemimpin dan dia bukan ?
Jika pemimpin adalah seperti yang dijelaskan di atas, maka minimal ada tiga konsekuensi :
1.Jika anda dilahirkan wanita, maka anda tidak akan pernah menjadi pemimpin di keluarga
2.Jika anda tidak pernah menjabat kepala/manajer di perusahaan anda bekerja, maka anda tidak pernah menjadi pemimpin
3.Jika mau menjadi pemimpin, caranya anda harus mengejar jabatan

Belum lagi kalau kita bicarakan perusahaan keluarga yang memiliki warisan yang besar dan diwariskan ke anak-anaknya. Maka secara otomatis, mereka akan menjadi pemimpin. Begitu juga dengan beberapa kerajaan yang masih ada di Indonesia, pewaris tahta adalah pemimpin berikutnya. Dengan demikian pemimpin adalah hubungan darah daging, demikiankah ?
Beberapa minggu lalu saat makalah ini ditulis, kita dihebohkan dengan gonjang ganjing krisis global yang dimulai dari kebangkrutan korporasi Amerika Serikat. Di harian utama Kompas, dikupas perkiraan alasan kebangkrutan beberapa korporasi Amerika Serikat dikarenakan prilaku CEO korporasi tersebut. Mulai dari ketamakkan akan keuntungan yang besar, hingga membuat keputusan investasi yang agresif. Juga gaya hidup CEO nya yang boros, walau perusahaannya di ujung tanduk, mereka masih bisa mengadakan meeting dengan fasilitas mewah dan lengkap. Serta sistem bonus yang tidak mendewasakan mereka, membuat para CEO gelap mata. Mereka mewakili pemimpin secara struktural, namu benarkah mereka pemimpin yang sesungguhnya ?
Istilah pemimpin sudah muncul sejak 5000 tahun sebelum Masehi, antara lain di Mesir. Di Cina, sekitar tahun 600 sebelum Masehi, orang juga sudah membahas masalah kepemimpinan. Di budaya Barat, orang-orang Yunani juga meninggalkan berbagai pemahaman mereka tentang kepemimpinan. Misalnya, Homer menuliskan pandangannya mengenai kualitas pemimpin yang perlu dimiliki. Di jaman modern, sampai pada tahun 2000 saja telah terbit lebih dari 2000 judul buku mengenai kepemimpinan.
Berikut ini saya mendaftarkan beberapa definisi tentang kepemimpinan :
·“Leadership is a relationship between those who aspire to lead and those who choose to follow”. (Kouzes & Posner, 2002).
·“Leadership is a process whereby an individual influences a group of individuals to achieve a common goal”. (Northouse, 2004)
·“Leadership is the influencing process of leaders and followers to achieve organizational objectives through changes”. (Lussier & Achua, 2004)
·“Leadership is the behavior of an individual… directing the activities of a group toward a shared goal”. (Hemphill & Coons, 1957)
·“Leadership is the influential increment over and above mechanical compliance with the routine directives of the organization” (D.Katz & Kahn, 1978)
·“Leadership is the process of incluencing the activities of an organized group toward goal achievement” (Rauch & Behling, 1984)
·“Leadership is a process of giving purpose (meaningful direction) to collective effort, and causing willing effort to be expended to achieve purpose” (Jacobs & Jacques, 1990)
·“Leadership is the ability to step outside the culture… to start evolutionary change processes that are more adaptive” (E.H. Schein, 1992)
·“Leadership is the process of making sense of what people are doing together so that people will understand and be committed” (Drath & Palus, 1994)
·“Leadership is about articulating visions, embodying values, and creating the environment within which things can be accomplished” (Richards & Engle, 1986)
·“Leadershipo is the ability of an individual to influence, motivate, and enable others to contribute toward the effectiveness and success of the organization…” (House et al., 1999)
·“Leadership is the ability of developing and communicating a vision to a group of people that will make that vision true” (Kenneth Valenzuela, 2007)
Dari definisi di atas, maka seseorang yang memiliki jabatan maupun warisan jabatan belum tentu bisa disebut pemimpin, walau secara struktur dia adalah pemimpin. Begitu juga sebaliknya mereka yang tidak memiliki jabatan secara struktural, belum tentu tidak bisa kita sebut pemimpin. Pria dalam hal ini seorang suami dan ayah tidak langsung bisa ditetapkan sebagai pemimpin, begitu sebaliknya dengan ibu atau anaknya tidak bisa kita katakan bukan pemimpin dalam sebuah keluarga.
Sebenarnya apa syarat utama saya bisa menjadi pemimpin ? Kalau begitu, apa syarat atau ciri utama seseorang bisa dikatakan pemimpin. Dari definisi diatas, ada beberapa kata kunci yang digaris miring serta ditebalkan, yang saya gabungkan menjadi kalimat berikut ini : Pemimpin adalah seseorang yang bisa mempengaruhi orang lain, untuk membawa mereka bersama-sama hingga mencapai visi yang ditetapkan. Jadi mereka haruslah memiliki kemampuan : (1) Mempengaruhi orang lain, (2) serta bisa menetapkan visi bersama, dan (3) mampu membawa orang lain untuk merealisasikan visi tersebut. Dr Yakob Tomatala dalam bukunya “Kepemimpinan Kristen” menjelaskan secara detail, apa saja kualitas yang harus dimiliki seorang pemimpin. Menurut beliau, dalam diri seorang pemimpin harus ada keyakinan terhadap apa yang sedang ia lakukannya, sasaran yang ingin diraihnya, alasan-alasan yang mendukungnya, yang melampaui pribadinya. Ia bahkan bersedia mengorbankan dirinya untuk menyelesaikan tugasnya. Ini membutuhkan keberanian. Bertahan walaupun menghadapi berbagai rintangan yang nyata, membuat keputusan dengan informasi yang tidak memadai, mempertaruhkan reputasi dan kesejahteraan materi, membutuhkan keberanian yang didasarkan pada keyakinan. Sebagian besar dari keberanian ini akan menampakkan dirinya dalam ketegasan mengambil keputusan. Kepemimpinan membutuhkan kemampuan persuasif. Yang menarik, hampir ada kesepakatan yang universal bahwa para pemimpin yang paling menonjol mempunyai kerendahan hati yang membuat mereka bersedia menerima tanggung jawab atas kegagalan dan juga keberhasilan. Tetapi bagi sebagian besar situasi kepemimpinan, harus ada kecakapan; orang tersebut harus mempunyai kecakapan dalam bidang yang sedang dikerjakannya. Dan beliau menambahkan, kepemimpinan tidak harus memiliki karisma yang hebat, pribadi yang hangat dan ramah. Tentu masing-masing pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda-beda. Ada 3 besar gaya kepemimpinan di sekitar kita :
1.Gaya Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam setiap kelompok/organisasi. Gaya kepemimpinan demokratis diwujudkan dengan dominasi perilaku sebagai pelindung dan penyelamat dan perilaku yang cenderung memajukan dan mengembangkan organisasi/kelompok.
2.Gaya Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan otoriter merupakan gaya kepemimpinan yang paling tua dikenal manusia. Oleh karena itu gaya kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan di tangan satu orang atau sekelompok kecil orang yang di antara mereka tetap ada seorang yang paling berkuasa. Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal.
3.Gaya Kepemimpinan Bebas dan Pelengkap
Kepemimpinan Bebas merupakan kebalikan dari tipe atau gaya kepemimpinan otoriter. Dilihat dari segi perilaku ternyata gaya kepemimpinan ini cenderung didominasi oleh perilaku kepemimpinan kompromi (compromiser) dan perilaku kepemimpinan pembelot (deserter).
Macam-macam teori kepemimpinan
Genetic Theory
Pemimpin adalah dilahirkan dengan membawa sifat-sifat kepemimpinan dan tidak perlu belajar lagi. Sifat utama seorang pemimpin diperoleh secara genetik dari orang tuanya.
Traits theory
Teori ini menyatakan bahwa efektivitas kepemimpinan tergantung pada karakter pemimpinnya. Sifat-sifat yang dimiliki antara lain kepribadian, keunggulan fisik, dan kemampuan sosial. Karakter yang harus dimiliki seseorang manurut judith R. Gordon mencakup kemampuan istimewa dalam:
- Kemampuan Intelektual
- Kematangan Pribadi
- Pendidikan
- Status Sosial Ekonomi
- Human Relation
- Motivasi Intrinsik
- Dorongan untuk maju
Ronggowarsito menyebutkan seorang pemimpin harus memiliki astabrata, yakni delapan sifat unggul yang dikaitkan dengan sifat alam seperti tanah, api, angin, angkasa, bulan, matahari, bintang.
Behavioral Theory
Karena keterbatasan peramalan efektivitas kepemimpinan melalui trait, para peneliti mulai mengembangkan pemikiran untuk meneliti perilaku pemimpin sebagai cara untuk meningkatkan efektivitas kepemimpinan. Konsepnya beralih dari siapa yang memiliki memimpin ke bagaimana perilaku seorang untuk memimpin secara efektif.
a. Authoritarian, Democratic & Laissez Faire
Penelitian ini dilakukan oleh Lewin, White & Lippit pada tahun 1930 an. Mereka mengemukakan 3 tipe perilaku pemimpin, yaitu authoritarian yang menerapkan kepemimpinan otoriter, democratic yang mengikut sertakan bawahannya dan Laissez - Faire yang menyerahkan kekuasaannya pada bawahannya.
b. Continuum of Leadership behavior.
Robert Tannenbaum dan Warren H Schmidt memperkenalkan continnum of leadership yang menjelaskan pembagian kekuasaan pemimpin dan bawahannya. Continuum membagi 7 daerah mulai dari otoriter sd laissez - faire dengan titik dengan demokratis.
c. Teori Employee Oriented and Task Oriented Leadership - Leadership style matrix.
Konsep ini membahas dua orientasi kepemimpinan yaitu
- Kepemimpinan yang berorientasi pada pekerjaan dimana perilaku pemimpinnya dalam penyelesaiannya tugasnya memberikan tugas, mengatur pelaksanaan, mengawasi dan mengevaluasi kinerja bawahan sebagai hasil pelaksanaan tugas.
- Kepemimpinan yang berorientasi pada pegawai akan ditandai dengan perilaku pemimpinnya yang memandang penting hubungan baik dan manusiawi dengan bawahannya.
Pembahasan model ini dikembangkan oleh ahli psikologi industri dari Ohio State University dan Universitas of Michigan. Kelompok Ohio mengungkapkan dua dimensi kepemimpinan, yaitu initiating structure yang berorientasi pada tugas dan consideration yang berorientasi pada manusia. Sedangkan kelompok Michigan memakai istilah job-centered dan employee-centered.
d. The Managerial Grid
Teori ini diperkenalkan oleh Robert R.Blake dan Jane Srygley Mouton dengan melakukan adaptasi dan pengembangan data penelitian kelompok Ohio dan Michigan.
Blake & Mouton mengembangkan matriks yang memfokuskan pada penggambaran lima gaya kepemimpinan sesuai denan lokasinya.
Dari teori-teori diatas dapatlah disimpulkan bahwa behavioral theory memiliki karakteristik antara lain:
- Kepemimpinan memiliki paling tidak dua dimensi yang lebih kompleks dibanding teori pendahulunya yaitu genetik dan trait.
- Gaya kepemimpinan lebih fleksibel; pemimpin dapat mengganti atau memodifikasi orientasi tugas atau pada manusianya sesuai kebutuhan.
- Gaya kepemimpinan tidak gifted tetapi dapat dipelajari
- Tidak ada satupun gaya yang paling benar, efektivitas kepemimpinan tergantung pada kebutuhan dan situasi
Situational Leadership
Pengembangan teori ini merupakan penyempurnaan dari kelemahan-kelemahan teori yang ada sebelumnya. Dasarnya adalah teori contingensi dimana pemimpin efektif akan melakukan diagnose situasi, memilih gaya kepemimpinan yang efektif dan menerapkan secara tepat.
Empat dimensi situasi secara dinamis akan memberikan pengaruh terhadap kepemimpinan seseorang.
- Kemampuan manajerial : kemampuan ini meliputi kemampuan sosial, pengalaman, motivasi dan penelitian terhadap reward yang disediakan oleh perusahaan.
- Karakteristik pekerjaan : tugas yang penuh tantangan akan membuat seseorang lebih bersemangat, tingkat kerjasama kelompok berpengaruh efektivitas pemimpinnya.
- Karakteristik organisasi : budaya organisasi, kebijakan, birokrasi merupakan faktor yang berpengaruh pada efektivitas pemimpinnya.
- Karakteristik pekerja : kepribadian, kebutuhan, ketrampilan, pengalaman bawahan akan berpengaruh pada gaya memimpinnya.
a. Fiedler Contingency model
Model ini menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang paling efektif tergantung pada situasi yang dihadapi dan perubahan gaya bukan merupakan suatu hal yang sulit.
Fiedler memperkenalkan tiga variabel yaitu:
-> Task structure : keadaan tugas yang dihadapi apakah structured task atau unstructured task
-> Leader-member relationship : hubungan antara pimpinan dengan bawahan, apakah kuat (saling percaya, saling menghargai) atau lemah.
-> Position power : ukuran aktual seorang pemimpin, ada beberapa power yaitu:
-> Legitimate power : adanya kekuatan legal pemimpin
-> Reward power : kekuatan yang berasal imbalan yang diberikan pimpinan
-> Coercive power : kekuatan pemimpin dalam memberikan ancaman
-> Expert power : kekuatan yang muncul karena keahlian pemimpinnya
-> Referent power : kekuatan yang muncul karena bawahan menyukai pemimpinnya
-> Information power : pemimpin mempunyai informasi yang lebih dari bawahannya.
b. Model kepemimpinan situasional 'Life Cycle'
Harsey & Blanchard mengembangkan model kepemimpinan situasional efektif dengan memadukan tingkat kematangan anak buah dengan pola perilaku yang dimiliki pimpinannya.
Ada 4 tingkat kematangan bawahan, yaitu:
- M 1 : bawahan tidak mampu dan tidak mau atau tidak ada keyakinan
- M 2 : bawahan tidak mampu tetapi memiliki kemauan dan keyakinan bahwa ia bisa
- M 3 : bawahan mampu tetapi tidak mempunyai kemauan dan tidak yakin
- M 4 : bawahan mampu dan memiliki kemauan dan keyakinan untuk menyelesaikan tugas.
Ada 4 gaya yang efektif untuk diterapkan yaitu:
- Gaya 1 : telling, pemimpin memberi instruksi dan mengawasi pelaksanaan tugas dan kinerja anak buahnya.
- Gaya 2 : selling, pemimpin menjelaskan keputusannya dan membuka kesempatan untuk bertanya bila kurang jelas.
- Gaya 3 : participating, pemimpin memberikan kesempatan untuk menyampaikan ide-ide sebagai dasar pengambilan keputusan.
- Gaya 4 : delegating, pemimpin melimpahkan keputusan dan pelaksanaan tugas kepada bawahannya.
Transformational Leadership
Robert house menyampaikan teorinya bahwa kepemimpinan yang efektif menggunakan dominasi, memiliki keyakinan diri, mempengaruhi dan menampilkan moralitas tinggi untuk meningkatkan karismatiknya. Dengan kharismanya pemimpin transformational akan menantang bawahannya untuk melahirkan karya istimewa.
Langkah yang dilaksanakan pemimpin ini biasanya membicarakan dengan pengikutnya bagaimana pentingnya kinerja mereka, bagaimana bangga dan yakinnya mereka sebagai anggota kelompok, bagaimana istimewanya kelompok yang akan menghasilkan karya luar biasa.
Beberapa contoh pemimpin transformational Lee Lacoca, Jack Welch

Kepemimpinan Kristen
Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu
sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. Kata Yesus: "Apa yang
kaukehendaki?" Jawabnya: "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk
kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang
lagi di sebelah kiri-Mu." Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: "Kamu tidak tahu, apa
yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?" Kata
mereka kepada-Nya: "Kami dapat." Yesus berkata kepada mereka: "Cawan-Ku
memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah
kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang
bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya."
Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu. Tetapi
Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah
bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar
menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.
Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara
kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi
terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak
Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk
memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."
Matius 20:25-28

Kita tidak usah memperdebatkan, apakah keinginan duduk di sebelah kanan dan kiri Tuhan Yesus di kerajaan Allah, adalah keinginan Ibu Yohanes dan Yakobus atau itu adalah keinginan anak-anaknya sendiri. Namun yang pasti ada ambisi di antara mereka, untuk mendapatkan kedudukan/derajat yang paling tinggi, di saat kerajaan Allah dinyatakan. Mereka rupanya tidak mau dijadikan pegawai kerajaan Allah, mereka hanya ingin kedudukan yang terhormat. Karena motivasi utamanya adalah ambisi, maka mereka berusaha dengan segala cara untuk memperoleh kedudukan itu. Dengan gaya “Bad Guys and Good Guys” jaman sekarang, Ibunya dijadikan “Bad Guys” dan anak-anaknya dijadikan “Good Guys”. Hal ini menjadi wajar terjadi, karena motivasi utama mereka adalah ambisi. Ambisi ini timbul, karena ada benih kesombongan, dan ini adalah benih dosa.
Lalu apa tanggapan Yesus ? Karena Dia adalah Tuhan, Yesus sangat tahu isi hati manusia. Dia tidak memberikan jawaban tentang permintaan tersebut kepada Ibu Yohanes dan Yakobus, Dia malah memberikan jawaban kepada Yohanes dan Yakobus. Dan lebih hebatnya lagi, jawaban Yesus diberikan dengan bahasa yang lembut dan sejuk. Tuhan Yesus ingin memperbaiki kesalahan ambisi yang dimiliki oleh murid-Nya dengan komunikasi yang lembut. Lalu Tuhan Yesus memulainya dengan mengalihkan pandangan yang salah yang dimiliki oleh murid-murid-Nya tentang kerajaan Allah. Kerajaan Allah bukanlah sistem kekuasaan seperti di dunia ini. Singkatnya Yesus memberikan pemimpin yang diharapkan bukanlah seperti yang ada sekarang di dunia, namun pemimpin yang nantinya berlaku di kerajaan Allah, dan yang diri-Nya sendiri telah lakukan. Yakni : pemimpin yang melayani. Semakin melayani, dia akan menjadi pemimpin, begitu sebalinya.

Siapa pemimpin Kristen dan apa ciri-cirinya ?
Berikut ini petikan kalimat tentang kepemimpinan Kristen oleh Dr. Yakob Tamatala. Sejauh ini kita belum banyak berbicara mengenai kepemimpinan Kristen, selain mengemukakan bahwa hal itu berbeda secara mendasar dalam motivasinya. Akan tetapi, selama ini kami memperhatikan bahwa organisasi-organisasi yang memberi prioritas yang tinggi kepada pentingnya individu, kepada standar perilaku pribadi yang tinggi, kepada komunikasi yang baik, baik ke atas maupun ke bawah, organisasi-organisasi yang mempunyai keyakinan yang benar, bisa melampaui yang lainnya. Kami juga memperhatikan bahwa terlalu sering organisasi-organisasi Kristen mempunyai standar individu dan prestasi bersama yang lebih rendah daripada organisasi-organisasi sekuler.
Apakah kepemimpinan Kristen itu? Kepemimpinan Kristen ialah kepemimpinan yang dimotivasi oleh kasih dan disediakan khusus untuk melayani. Itu merupakan kepemimpinan yang telah diserahkan kepada kekuasaan Kristus dan teladan-Nya. Para pemimpin Kristen yang terbaik memperlihatkan sifat-sifat yang penuh dengan dedikasi tanpa pamrih, keberanian, ketegasan, belas kasihan, dan kepandaian persuasif yang menjadi ciri pemimpin agung.
Pemimpin Kristen sejati telah menemukan bahwa kepemimpinan dimulai dari handuk dan baskom - dalam peran seorang pelayan:
1.Dedikasi tanpa pamrih dimungkinkan karena orang Kristen tahu bahwa Allah mempunyai strategi besar di mana ia menjadi bagiannya.
2.Keberanian diperbesar oleh kekuatan yang datang dari Roh yang berdiam di dalam hati kita.
3.Ketegasan datang karena mengetahui bahwa tanggung jawab akhir tidak terletak pada dirinya.
4.Kepandaian persuasif didasarkan pada kesetiaan kepada satu alasan yang melampaui segala alasan lainnya.
Kerendahan hati berasal dari kesadaran bahwa Allahlah yang melakukan pekerjaan tersebut.

Gaya kepemimpinan Yesus
Sebelum kita membahas gaya kepemimpinan Yesus, pertanyaan yang harus kita jawab adalah : Apakah Yesus merupakan model kepemimpinan yang relevan buat kita sekarang ?”
Sikap skeptis ini bukan saja masalah bisakah menerima teladan Yesus sebagai model kepemimpinan yang sejati. Namun lebih dari itu, sikap ini disebabkan penolakan Yesus sebagai yang terbaik, yakni manusia yang sempurna dan Allah yang menjelma melalui Yesus.
Cerita ini, adalah contoh sikap skeptis murid-murid-Nya (waktu kejadian ini belum menjadi murid-murid Yesus) :
Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret, sedang orang banyak
mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah.
Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang
membasuh jalanya.
Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia
supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan
mengajar orang banyak dari atas perahu.
Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat yang
dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan."
Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami
tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan
menebarkan jala juga."
Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan,
sehingga jala mereka mulai koyak.
Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya
mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama
mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam.
Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata:
"Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa."
Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena
banyaknya ikan yang mereka tangkap;demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-
anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon: "Jangan
takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia."
Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, merekapun
meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.
Lukas 5:1-11
Ada begitu banyak alasan Petrus saat itu, dan tentu alasan yang masuk akal, untuk tidak mengikuti kepemimpinan Yesus. Petrus adalah seorang nelayan, dan dia adalah nelayan yang prof/ahli, bagaimana dengan Yesus ? Bukankah sikap skeptis ini juga ada di pikiran beberapa orang. Saya lebih bisa, saya lebih tahu, saya lebih dan lebih. Namun seharusnya pembuktian yang diberikan Yesus kepada Petrus, sudah sangat cukup menepis sikap skeptis kita. Karena dia adalah Allah dan Manusia yang sempurna. Tidak ada contoh lain yang terbaik, yang mana kita bisa tirukan selain gaya kepemimpinan Yesus, saat dulu, sekarang, dan selamanya.
Ken Blanchard dan Phil Hodges dalam bukunya “Lead Like Jesus” menyatakan, kalau kita ingin memimpin seperti Yesus, kita harus menjawab tiga pertanyaan penting di bawah ini :
1.Apakah saya seorang pemimpin ?
2.Apakah saya bersedia mengikuti Yesus sebagai model peran kepemimpinan saya ?
3.Bagaimana saya memimpin seperti Yesus ?
Memimpin seperti Yesus tidak lebih merupakan suatu komitmen untuk memimpin dengan cara yang berbeda. Memimpin seperti Yesus merupakan suatu siklus transformasi yang mulai dengan kepemimpinan personal (diri sendiri), dan kemudian bergerak memimpin orang lain one on one, kemudian memimpin satu tim atau kelompok, dan akhirnya, memimpin satu organisasi atau masyarakat.

Memimpin seperti Yesus menuntut penyatuan empat area kepemimpinan : (1) Hati, (2) Kepala, (3) Tangan, dan (4) kebiasaan.
Permasalahan awal seorang pemimpin adalah urusan spiritual yang ada di dalam hatinya. Sederhananya, apa yang menjadi motivasi dalam tindakan kepemimpinan kita. “Apakah kita seorang pemimpin pelayan atau pemimpin yang melayani diri sendiri ?” Ketika Yesus menggunakan handuk dan baskom untuk mencuci kaki murid-murid-Nya, Dia memberikan model kepemimpinan yang utama, yakni pemimpin yang melayani. Ada beberapa ciri-ciri pemimpin yang melayani :
1.Kepemimpinan pelayan pertama-tama mencari kerajaan Allah
2.Kepemimpinan pelayan menghormati Allah dan mengikuti perintah-Nya
3.Kepemimpinan pelayan sebagai pelayanan dengan melakukannya dengan kasih Yesus
4.Kepemimpinan pelayan menunjukkan model Yesus kepada orang lain
Ken Jennings dan John Stahl-Wert memberikan 5 tindakan pemimpin pelayan, yang mentransformasi tim, bisnis dan komunitas. Lihat gambar berikut :

Tindakan pertama : Membalikkan Piramid
Kita bisa menjadi pertama, dengan syarat mengedepankan orang lain terlebih dahulu. Seorang pemimpin yang dapat mengendalikan ego pribadinya, sekaligus membangun keyakinan serta harga diri orang lain, membuat situasi menjadi mungkin bagi tim untuk bekerja sama.
Tindakan kedua : Mendirikan Tonggak
Untuk bisa melayani banyak orang, kita harus terlebih dahulu melayani sedikit orang. Pencapaian kedalaman yang paling baik adalah tantangan untuk mencapai ke atas.
Tindakan ketiga : Membuka Jalan
Pemimpin yang melayani membangun organisasi pengajaran untuk menciptakan keunggulan di setiap tataran. Pemimpin yang melayani menyingkirkan hambatan agar orang lain bisa mencapai sukses.
Tindakan keempat : Membangun Kekuatan
Pemimpin yang melayani harus bekerja untuk menciptakan tim, yang membuat setiap orang hidup dengan kekuatan mereka dari hari ke hari.
Tindakan kelima : Melaju ke Arah Tujuan yang Besar
Untuk melakukan kebaikan yang paling mungkin, perjuangkan hal-hal yang tak mungkin. Pertahankan minat sendiri yang paling hebat dalam mencapai hal-hal di luar minat sendiri.
Melalui kepemimpinan yang melayani inilah Yesus mengajar kepemimpinan bagi dunia, ini adalah termasuk area kepala, menurut Ken Blanchard dan Phil Hodges.
Tangan berbicara tentang penetapan tujuan yang jelas dan pengukuran kinerja yang jelas pula, diikuti dengan memuji kemajuan dan mengarahkan kembali perilaku yang tidak tepat.
Kebiasaan kita dalah cara bagaimana kita memperbaharui komitmen sebagai seorang pemimpin untuk melayani, bukan dilayani. Komitmen untuk akan terus bersinar melalui pola hidup doa, mencari kehendak Tuhan melalui firman-Nya dan terlibat dalam komunitas Tuhan.

Kepemimpinan Kristen yang Mentransformasi
Cara lain memahami mengenai jenis pemimpin adalah dengan membandingkan pemimpin transformatif dan pemimpin yang transaksional. Seorang pemimpin, apalagi yang dikenal dengan pemimpin formal sebagai lawan dari pemimpin informal dapat terjebak untuk menjadi pemimpin transaksional. Pemimpin transaksional memperlakukan orang-orang yang dipimpinnya, atasannya, serta dirinya sebagai pemain-pemain dalam suatu proses perdagangan. Keputusan yang diambilnya merupakan keputusan yang menguntungkan baginya dalam hubungan dirinya dengan berbagai pihak. Masalah benar atau salahnya keputusan tadi tidak jadi perhatian utamanya, namun masalah untung atau ruginya terutama bagi kepentingannya sering menjadi dasar pertimbangannya. Kepemimpinan serupa ini tidak membuat organisasinya atau pihak-pihak yang terkait dengannya berkembang apalagi orang-orang yang dipimpinnya. Kecenderungannya ialah memanfaatkan berbagai pihak bagi dirinya.
Lawan dari kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan transformasional. Esensi kepemimpinan serupa ini adalah menghasilkan perubahan dimana dirinya dan mereka yang terkait dengannya sama-sama mengalami perubahan ke arah yang lebih luas, tinggi, dan mendalam. Kata kunci dari segenap keputusan adalah berapa jauh sebanyak mungkin pihak mengalami pertumbuhan.
Di dalam suatu organisasi yang bersifat nir laba, semestinya kepemimpinan yang ditumbuhkan adalah kepemimpinan transformatif. Namun, karena seringnya terjadi pemimpin dipilih bukan berdasarkan track-record atau riwayat kinerjanya, melainkan berdasarkan konsensus sosial, maka pemimpin-pemimpin formal seringkali bukan merupakan orang yang bermodalkan karakter, kompetensi dan komitmen yang tinggi. Akibatnya, maka mereka berusaha mati-matian untuk bertahan pada kedudukan mereka. Apalagi bila kedudukan tadi tidak memiliki alur karir yang melanjutkannya.

Transaksional Transformational

Bekerja dalam situasi Mengubah situasi
Menerima keterbatasan Mengubah apa yang biasa dilakukan
Menerima peraturan dan nilai yang Bicara tentang tujuan yang luhur ada
Timbal balik dan tawar menawar Memiliki acuan nilai kebebasan,
keadilan dan kesamaan

Pemimpin yang transformational membuat bawahan melihat bahwa tujuan yang mau dicapai lebih dari sekedar kepentingan pribadinya.
Penutup
Kepemimpinan utamanya adalah mengenai bagaimana kita mempengaruhi orang lain. Yesus adalah contoh manusia yang sempurna, yang mempengaruhi dunia, dimulai dari kedua belas murid-murid-Nya. Kepemimpinan pelayan adalah hadiah atau contoh kepemimpinan bagi dunia.
Kita bisa mentransformasi sekeliling kita tergantung komitmen kita untuk mengikuti gaya kepemimpinan Yesus dan kemauan yang kuat untuk melakukan perbedaan yang baik bagi komunitas kita.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.bealeader.net/leadership-definitions/

Kepemimpinan Kristen, Dr. Yakob Tomatala

Buku Kepemimpinan Karya TIM FISIP
http://aparaturnegara.bappenas.go.id/data/Kajian/Kajian-2003/Dimensi%
Bible Commentaries, Matthew Henry
Materi CLN, oleh Robby Chandra
Lead Like Jesus, Ken Blanchard & Phil Hodges
The Serving Leader, Ken Jennings & John Stahl-Wert