Setelah anda mendapat ide bisnis. Mulailah melakukan pengamatan. Anda perlu sering-sering datang ke tempat bisnis (sesuai dengan ide bisnis anda) yang sudah terlebih dahulu ada.
Pertama, pelajari cara kerja yang sudah ada itu. Lokasi, spesifikasi produk/jasa, cara pembayaran, mata rantai produk/jasa, dll
Kedua, list kekuatan dan kelemahannya.
Ketiga, beri solusi idemu atas kelemahannya.
Kini pesanan dari Italia tersebut menjadi tulang punggung bisnis Vilour. “Kontribusinya mencapai 60%,” ujar Ferry pemilik perusahaan tersebut. Maklum, jualan ke mancanegara dilakukan dalam dolar. Adapun penjualan kaus bola Volour di dalam negeri hanya 30% bisnis Fery.
Ferry tetap mempertahankan 600 karyawan yang mengerjakan order Vilour. Ferry biasa menerima orderan dalam jumlah ribuan sekaligus.
Ferry merintis bisnis sejak masih kuliah di Universitas Parahyangan, sebelum tahun 1980. Waktu itu Ferry kos di Jalan Bungsu dan memiliki tetangga bernama Cik Siok Jin yang punya pabrik kaus. Ferry kerap main ke situ, sehingga sedikit demi sedikit tahu seluk beluk bisnis konveksi.
Suatu ketika, teman-teman Ferry di kampus memesan kaus untuk calon mahasiswa sebanyak 400 potong. “Harganya masih Rp. 600, saya jual Rp. 900,” kenangnya. Ferry berhasil mengantongi laba Rp. 120.000. Jumlah yang sangat besar, karena uang kosnya sebulan kala itu hanya Rp. 6.000. Karena labanya besar, Ferry keterusan menjadi calo kaus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar