Rabu, 09 April 2008

2. Di awali dari apa yang Anda punya, bukan apa yang Anda tidak miliki

Ide bisnis, muncul dari :
1.Keunggulan pribadi, Pengalaman dan Keahlian/Skills
Berkat lancarnya rezeki yang mengalir dari mesin gensetnya, Dudy mampu membeli ruko baru berlantai empat di bilangan Matraman Raya. Selain itu, ada workshop seluas 1.100 m2 di Jati Sampurna Bekasi yang juga telah menjadi miliknya. Karyawan Dudy kini sebanyak 60 orang. Ketika awal-awal memulai bisnis penyewaan genset, karyawan Dudy Cuma tiga orang.

Kata pepatah, pengalaman adalah guru yang terbaik. Pepatah itu tampak diterapkan oleh Dudy Supriadi. Sekarang Dudy memang menikmati tetes rezeki dari mesin gensetnya. Ia memiliki 65 unit genset yang besarnya mulai dari 100 kilowatt hingga 1000 kilowatt. Omzet bisnis Dudy menggapai angka Rp. 800 juta sebulan.
Ia memulainya pada tahun 1980. Selepas lulus STM, kala itu, Dudy bekerja sebagai pelayan mekanik (helper) di perusahaan kakak iparnya, yang bernama PT. Garuda Power. Setelah bekerja, ternyata Dudy jadi ingin meneruskan kuliahnya. Dia menjatuhkan pilihan ke jurusan Teknik Mesin Universitas Pancasila. Lulus sarjana, Dudy kembali ke Garuda, tapi kali ini ia bekerja sebagai salesman. Pada tahun itu juga, Detroit Diesel mengalihkan hak distribusinya ke perusahaan lain. Walhasil, Garuda jadi bangkrut.
Karena itulah, Dudy tergerak untuk mendirikan usaha penjualan genset sendiri. Setelah bisa membikin usaha sendiri, Dudy bersyukur pernah jadi sales. “Karena, kalau saya tidak ditempatkan di sales, saya tidak bisa bisnis. Kalau orang usaha kan nomor satu kita harus bisa dagang,” ucap Dudy.



2.Hobi
Naluri bisnis Hartati ternyata tidak salah. Dua produk keluarannya digemari di pasar Amerika. Omzet US$ 2 juta dalam setahun berhasil diraup. Nah, tahun ini usaha Hartati mulai merangkak naik. Ia mendapat pesanan dari pemegang lisensi boneka internasional yang hengkang dari China.
Banyak pengusaha yang bisnisnya bermula dari hobi. Salah satunya Hartanti Hartono Widjaja. Hobinya adalah mengoleksi boneka. Ibu tiga anak kelahiran 1967 ini telah menyukai boneka sejak kecil. Sampai-sampai kamar tidurnya dipenuhi aneka macam boneka. “Saya lupa berapa banyak jumlahnya, yang pasti kamar tidur saya penuh dengan boneka,” kata Hartati sambil tertawa.
Nah, setelah dewasa. Hartati membuat boneka. Produk boneka dari Hartati tidak menyandang merek sendiri. Ia memang menjualnya pada lisensi merek internasional, seperti Walt Disney dan Walmart. Namun, dalam perkembangannya, Hartati membikin boneka untuk pasar local. Boneka bermerk Puspita Plush itu hanya dipasarkan pada perusahaan seperti bank dan hotel.
Royal Puspita, pabrik milik Hartati, membikin koleksi boneka yang cukup komplet.

3.Kebutuhan lokal
Menginjak tahun ketiga, Baba Rafi, kebab yang dimiliki oleh Hendy Setiono, telah memiliki 73 cabang di 13 kota dengan lebih 100 karyawan. Dihitung-hitung omzetnya, kata Hendy, mencapai miliaran rupiah per bulan. “Tahun ini, saya menargetkan bisa membuka 100 cabang di seluruh Indonesia,” ujarnya.
Usaha ini bermula dari perjalanan Hendy ke Timur Tengah. Hendy melihat kebab merupakan makanan umum yang gampang ditemui. Ibaratnya seperti makanan soto atau bakso di sini. Bahkan di beberapa negara di Eropa, juga negara tetangga Malaysia, kebab sudah populer sejak puluhan tahun silam. Dengan pasar ini, Hendy yakin, kebab bakal populer jika dibawa ke Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar