Berbisnis bisa dikatakan adu kejelian, siapa yang jeli melihat ceruk atau area putih di pasar yang belum digarap. Anda belum berbisnis dan bukan pebisnis jika tidak bisa melihat dan menggarap ceruk tersebut.
JCO adalah contoh baik, pebisnis yang mampu melihat dan memanfaatkan ceruk. Bagaimana tidak pada saat itu pemimpin pasar donut premium, "Dunkin Donut", melakukan penjualan donut secara tradisional. Beli dan Jual hanya itu yang dilakukan oleh Dunkin Donut. Mungkin terinspirasi oleh keberhasilan "Sturbuck", Johny Andrean, Pemilik JCO, ingin mengulangi keberhasilan "Sturbuck" melalui donut. Sama dengan Sturbuck, JCO bukan hanya menjual Donut, tapi menjual kenyamanan, tempat nongkrong sehabis lelah dalam bekerja. Tidak hanya itu, JCO memberikan kesan dan sesuatu yang baru mengenai bentuk dan rasa donut. Hal ini tidak dilakukan oleh Dunkin Donut.
Hukum Bisnis terjadi, JCO memenuhi ceruk, yaitu kebutuhan pasar yang belum terpenuhi, siapa yang memenuhi produknya akan diterima dan disukai pasar, demikian sebaliknya. Dunkin Donut sangat terasa mundur selangkah demi selangkah.
Kemampuan melihat ceruk berarti pebisnis sedang melihat kesempatan. Makna kesempatan bisnis kuno berarti bagaimana perusahaan merebut "kue" di pasar. Makna seperti ini sudah tidak mumpuni lagi bila diterapkan dengan kondisi saat ini. Makna kesempatan bisnis modern adalah bagaimana menciptakan pasar baru. Peter Drucker mengatakan: "kesempatan adalah hasil dari ciptaan." Bukan memperbaiki yang sudah ada, tapi menciptakan yang baru, yang sebelumnya belum ada.
Force Magic, memposisikan diri bukan sebagai perusahaan yang ingin merebut pasar obat pembasmi nyamuk, tapi mereka membuka pasar baru, pembasmi nyamuk dengan aroma yang wangi dan tidak merusak kesehatan saat menghirupnya.
Sekali lagi bisnis adalah kemampuan melihat kesempatan pada sebuah ceruk, disanalah tempat kebutuhan customer yang belum terpenuhi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar